Minggu, 15 Desember 2013

Sejarah Batik Kabupaten Tasikmalaya


Kemeja pendek (batik tulis Sukapura) saat ini
Pada saat pangeran Dipenogoro melawan penjajah, mungkin karena orang Jawa Tengah ( Yogya ) merasa tidak aman, maka ada sejumlah orang dari daerah tidak aman ini mengungsi ke daerah Jawa Barat bagian Timur yaitu Tasikmalaya.
Orang-orang pengungsian dari Jawa Tengah inilah menurut cerita yang mulai mengembangkan kain batik, mulai pembuatan kain hitam yang direndam dalam busukan daun Tarum ( Indigofera). Sehingga sampai sekarang didaerah Tasikmalaya ada daerah yang disebut “ Tarum “
Air buangan bekas celup dengan daun Tarum menimbulkan aliran air hitam dosekitar daerah tersebut sehingga daerah pembuat kain hitam itu disebut “ Cihideung “ artinya air hitam. Dari bentuk kain hitam berkembang menjadi kain batik, mula-mula dengan gaya dan corak dari asal daerah mereka, lama-kelamaan berkembang sesuai dengan selera masyarakat setempat. Selera masyarakat setempat adalah antara lain menyukai warna-warna yang cerah. Maka tidak mengherankan apabila pada perkembangan sampai saat ini, warna barik-batik dari daerah Tasikmalaya adalah warna cerah dan lebih dari dua warna.

Motif batik daerah ini mumpunyai gaya tersendiri atau corak khas Tasikmalaya, yaitu ornamennya pada umumnya antara abstrak klasik dan realistis. Pembatik daerah ini mempunyai kreatifitas mengubah motif batik dan menyusun kombinasi warna.

Dilihat dengan peninggalan-peninggalan yang ada sekarang dan cerita-cerita yang turun-temurun dari terdahulu, maka diperkirakan didaerah Tasikmalaya batik dikenal sejak zaman “Tarumanagara” dimana peninggalan yang ada sekarang ialah banyaknya pohon tarum didapat disana yang berguna un-tuk pembuatan batik waktu itu. Desa peninggalan yang sekarang masih ada pembatikan dikerja-kan ialah: Sukapura, Mangunreja, Manonjaya dan Tasikmalaya kota.

Dahulu pusat dari pemerintahan dan keramaian yang terkenal ialah desa Sukapura, yang terletak dipinggir kota Tasikmalaya sekarang. Kira-kira akhir abad ke-XVII dan awal abad ke-XVIII akibat dari peperangan antara kerajaan di Jawa Tengah, maka banyak dari penduduk daerah: Tegal, Pekalongan, Ba-nyumas dan Kudus yang merantau kedaerah Barat dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya. Sebagian besar dari mereka ini adalah pengusaha-pengusaha batik daerahnya dan menuju kearah Barat sambil berdagang batik. Dengan datangnya penduduk baru ini, dikenallah selanjutnya pembutan baik memakai soga yang asalnya dari Jawa Tengah. Produksi batik Tasikmalaya sekarang adalah campuran dari batik-batik asal Pekalongan, Tegal, Banyumas, Kudus yang beraneka pola dan warna.
Bu Uun (salah satu perajin batik tulis Sukapura)
Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro, dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta, menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya sekarang. Mereka ini merantau dengan keluarganya dan ditempat baru menetap menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga. Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya.
Motif batik hasil Ciamis adalah campuran dari batik Jawa Tengah dan pengaruh daerah sendiri terutama motif dan warna Garutan. Sampai awal-awal abad ke-XX pembatikan di Ciamis berkembang sedikit demi sedikit, dari kebutuhan sendiri menjadi produksi pasaran. Sedang di daerah Cirebon batik ada kaintannya dengan kerajaan yang ada di daerah ini, yaitu Kanoman, Kasepuahn dan Keprabonan. Sumber utama batik Cirebon, kasusnya sama seperti yang di Yogyakarta dan Solo. Batik muncul lingkungan kraton, dan dibawa keluar oleh abdi dalem yang bertempat tinggal di luar kraton. Raja-raja jaman dulu senang dengan lukisan-lukisan dan sebelum dikenal benang katun, lukisan itu ditempatkan pada daun lontar. Hal itu terjadi sekitar abad ke-XIII. Ini ada kaitannya dengan corak-corak batik di atas tenunan. Ciri khas batik Cirebonan sebagaian besar bermotifkan gambar yang lambang hutan dan margasatwa. Sedangkan adanya motif laut karena dipengaruhioleh alam pemikiran Cina, dimana kesultanan Cirebon dahulu pernah menyunting putri Cina. Sementra batik Cirebonan yang bergambar garuda karena dipengaruhi oleh motif batik Yogya dan Solo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar